0
Ilustrasi Hidup dimisalkan pada wanita 

Apapun yang kita lakukan akan selalu mendapatkan hujatan. Bahkan, Tuhan yang akan menciptakan Adam mendapatkan hujjah oleh makhluk nya. Namun jangan lah menjadi Iblis yang berani berkata membanggakan diri(aku lebih baik dari nya). Hal ini juga pernah dilakukan oleh firaun yang menyatakan diri sebagai Tuhan. Juga pada Musa hingga ia diperintahkan untuk belajar pada Khidir. Menerangkan kebaikan ada 2 dimensi dari keilmuan dan amalan. 2 hal ini memiliki perbedaan yang mana ilmu menjadi sumber pengetahuan dan amalan menjadi pratik ilmu. Ilmu itu bebas nilai dan amalan banyak nilai. Seringkali kita memasukkan nilai yang diadopsi pada ilmu yang diamalkan dalam wujud abadi (tertulis).

Akhirnya nilai tersebut menjadikan ilmu memiliki rasa. Rasa itu menjadi kontradiksi pada diri sendiri. Hasilnya adanya rasa timbul terhadap ilmu. Hal ini terkontekstualisasi pada ketika kita menhujjah sesuatu sebenarnya itu menghujjah diri sendiri. Karena rasa itu timbul dari nilai/sifat yang diadopsi.

Rasa rasanya kata yang tepat  untuk menggambarkan hal tersebut bukan nilai namun juga bukan sifat. Sesuatu yang disebut nilai itu seperti dogma namun dari dogma itu menjadi sifat. Apakah itu doktrin? Kepahaman saya terbatas. Apa sebutan terbaik untuk menggambarkan nya?

Seringkali kita menilai seseorang katakan lah ada bisikan dalam hati yakni sombong, munafik, sok suci, dll, namun pernahkah kita berfikir apa asal usul lahirnya bisikan itu? Apa kah itu yang disebut setan? Kenapa kita bisa merasakannya? Nilai apa yang menjadikannya? Perlu perenungan, merasakan dan menemukan kenapa bisikan itu ada?

Fundamental
Fund a mental
Fund
A
Mental
Siapa kamu sebenarnya?
🤔

Kenapa manusia menilai manusia lainnya dengan justifikasi atas sesuatu? katakan lah itu sombong atau sejenisnya, kenapa mereka bisa berfikir seperti itu ? Tidak kah Tuhan nya menciptakan manusia sebagai Rahmatan lil alamin? Bukan kah dengan begitu manusia juga menjadi media komunikasi Tuhan, petunjuk, pembelajaran, yang mana justru kita harus mengambil hikmah yang ada bila kita meyakini rencana Tuhan menciptakan manusia ? Manusia satu dan lainnya sering menilai, bahkan pernah ceritakan oleh kisah murid yang bertanya pada guru nya mana yang terbaik antara manusia A dan manusia B? Sedangkan guru nya menjawab kedua ada baiknya yang buruk adalah kita yang menilai. Apakah itu juga fitrah manusia?

Entah seperti apa kita akan kembali dan meninggalkan dunia yang sementara ini. Entah apa penilaian Tuhan terhadap kita atas segala yang kita lakukan. Entah bagaimana bisa kita selamat dari Nya yang Maha. Memaksimalkan potensi yang ada untuk kebenaran adalah ikhtiar kita yang menjunjung kebenaran dan menegakkan keselamatan. Mungkin berfikir tentang dunia seperti ini mungkin terlalu ekstrim bila dipahami namun begini lah realitas sosial yang sedang kita hadapi. Rasulullah SAW sendiri diminta irqa hingga 3 kali yg merupakan perintah untuk membaca realitas sosial. Hingga ia sadar dan menemukan ada yang salah dengan keadaan menjalankan hidup. Lalu kenapa kita tak menjadikannya sebagai pelajaran ?

Posting Komentar

 
Top