Bila Tuhan mu yang Maha melakukan penawaran terhadap mu atas suatu yang engkau inginkan katakanlah harta yang melimpah ataupun tahta tertinggi maupun lainnya dengan kompensasi meminta mengembalikan tangan mu yang berat untuk digunakan kebaikan atau kaki mu yg malas untuk mngantarkan mu kepada kebenaran maupun otak mu yang malas untuk digunakan berfikir, apakah engkau mau? Apa kah ada yang mau? Ada, yakni mereka yang berharap selain pada Nya (syirik) katakanlah dukun, orang bertahta, berharta dengan menjual dirinya kepada mereka dengan harapan mendapatkan imbalan. Bahkan dengan Tuhan kita sendiri masih suka menghitung hitung untuk ibadah yang dilakukan dengan bayaran syurga.
Setiap manusia hidup dalam ruang dan waktu yg berbeda maka idealnya kebutuhan setiap manusia akan berbeda juga dalam hidup memiliki arah tujuan yg berbeda semua namun semua manusia secara eksistensional mencita-citakan satu hal yg sama yakni *keselamatan*. Jalan keselamatan yang ditempuh manusia akan berbeda, hal itu tak terlepas atas pengetahuan yg dimilikinya. Adapun pengetahuan yg dimiliki bersumber dari berbagai hal dan jika dipersempit maka seperti empiris maupun rasionalis. Manusia yang tergerak atas empiris cenderung melakukan sesuatu dengan mengcopy paste sesuatu yg biasa dan dianggap benar. Sedangkan rasionalis, melakukan analisis ulang dan melahirkan pengetahuan yg tak biasa/berbeda antara empiris dan rasionalis. Manusia yg tergerak atas empiris cenderung kurang dalam menemukan pembaharuan(stagnan) bahkan terkadang menjadi mundur. Hal ini tergantung dari seberapa banyak pengetahuan yang dihasilkan oleh pengetahuan empiris. Permasalahan dari empiris adalah ketika pengetahuan yang diserapnya adalah hal yang salah namun karena telah terbiasa maka dikatakan benar. Manusia rasionalis cenderung mengemukakan hal baru, progresif bahkan solutif. Sayangnya golongan rasionalis adalah minoritas dan empiris menjadikan hal biasa/kebiasaan itu kebenaran absolut yg tak dapat diganggu gugat kembali. Selain itu golongan rasionalis yg inovatif terkadang dianggap menjadi suatu ancaman bagi kelompok empiris. Pertarungan pemikiran antara rasionalis dan empiris sering kali berujung buntu dikarenakan mereka mempertahankan kebenaran mereka masing yang pada dasarnya adalah kebenaran relatif namun dipandang mutlak /absolut. Golongan ini berkembang dari pemikiran menjadi suatu bentuk perbuatan yang biasa disebut dengan kelompok moderat dan tradisional. Permasalahan yang membentuk kubu ini ada dibahas pada metafisika. Metafisika membahas tentang suatu dibalik objek atau suatu konteks dalam tekstual.Ibarat kata *cari angin*, secara tekstual cari angin adalah kegiatan pencaharian tehadap objek nya angin. Padahal konteks/maksudnya dari *cari angin* bukan seperti itu. Begitu juga antar
Moderat dan tradisional. Perbedaan dimensi antara ruang dan waktu yang menjadi suatu kendala. Tatanan seperti ini terjebak atas suatu nilai fundamentalis dan realistis. Mereka sama sama idealisme terhadap pengetahuan nya yang relatif dipandang kemutlakan dan tidak dapat diganggu gugat. Mereka lupa atas kebenaran pengetahuan perlu adanya kebijaksanaan. Indikator dari bijaksana sendiri adalah adil. Sedangkan adil itu juga menjadi dua perspektif yakni adil itu sama rata dan adil itu bicara kebutuhan atau biasa dikenal dengan menempatkan sesuatu kepada tempatnya. Sederhananya begini, ketika seseorang membuang sampah pada tempatnya maka mereka bijaksana. Namun ada juga yang membuang sampah.......
Sembarang tempat. Perbuatan ini atas dasar pengetahuan empiris, biasanya melihat orang membuang sampah sembarangan maka mereka melakukan serupa. Andai sejenak dia berfikir kembali perbuatannya maka mereka akan menemukan pengetahuan bahwa itu salah, harusnya ke tempat sampah. Kaum rasionalis selalu melakukan suatu kajian ulang terhadap hal yang dilakukan,melakukan analisis, sintetis dan evaluasi hingga ditemukan pengetahuan baru dan itu cara berfikir rasionalis. Sedangkan tatanan budaya yang membentuk adalah berbeda, merubah budaya tidak lah mudah ditambah lagi minoritas nya kelompok rasionalis dan fundamental nya kaum empiris.
[24/10 03.45] Muhammad Ramadhan Sebelas: wujud ku bayangan Mu
Wujud ku wajah Mu
Bukan aku DiriMu
Aku sekadar cerita Mu
Dibalik mata Engkau memandang Mu
Hilang lah aku nyata Wujud Mu
Wujud (ada) mustahil bersifat adam(tiada)
aku adam Kamu Wujud
Tiada aku selain Kamu (Akunya aku)
Setiap manusia hidup dalam ruang dan waktu yg berbeda maka idealnya kebutuhan setiap manusia akan berbeda juga dalam hidup memiliki arah tujuan yg berbeda semua namun semua manusia secara eksistensional mencita-citakan satu hal yg sama yakni *keselamatan*. Jalan keselamatan yang ditempuh manusia akan berbeda, hal itu tak terlepas atas pengetahuan yg dimilikinya. Adapun pengetahuan yg dimiliki bersumber dari berbagai hal dan jika dipersempit maka seperti empiris maupun rasionalis. Manusia yang tergerak atas empiris cenderung melakukan sesuatu dengan mengcopy paste sesuatu yg biasa dan dianggap benar. Sedangkan rasionalis, melakukan analisis ulang dan melahirkan pengetahuan yg tak biasa/berbeda antara empiris dan rasionalis. Manusia yg tergerak atas empiris cenderung kurang dalam menemukan pembaharuan(stagnan) bahkan terkadang menjadi mundur. Hal ini tergantung dari seberapa banyak pengetahuan yang dihasilkan oleh pengetahuan empiris. Permasalahan dari empiris adalah ketika pengetahuan yang diserapnya adalah hal yang salah namun karena telah terbiasa maka dikatakan benar. Manusia rasionalis cenderung mengemukakan hal baru, progresif bahkan solutif. Sayangnya golongan rasionalis adalah minoritas dan empiris menjadikan hal biasa/kebiasaan itu kebenaran absolut yg tak dapat diganggu gugat kembali. Selain itu golongan rasionalis yg inovatif terkadang dianggap menjadi suatu ancaman bagi kelompok empiris. Pertarungan pemikiran antara rasionalis dan empiris sering kali berujung buntu dikarenakan mereka mempertahankan kebenaran mereka masing yang pada dasarnya adalah kebenaran relatif namun dipandang mutlak /absolut. Golongan ini berkembang dari pemikiran menjadi suatu bentuk perbuatan yang biasa disebut dengan kelompok moderat dan tradisional. Permasalahan yang membentuk kubu ini ada dibahas pada metafisika. Metafisika membahas tentang suatu dibalik objek atau suatu konteks dalam tekstual.Ibarat kata *cari angin*, secara tekstual cari angin adalah kegiatan pencaharian tehadap objek nya angin. Padahal konteks/maksudnya dari *cari angin* bukan seperti itu. Begitu juga antar
Moderat dan tradisional. Perbedaan dimensi antara ruang dan waktu yang menjadi suatu kendala. Tatanan seperti ini terjebak atas suatu nilai fundamentalis dan realistis. Mereka sama sama idealisme terhadap pengetahuan nya yang relatif dipandang kemutlakan dan tidak dapat diganggu gugat. Mereka lupa atas kebenaran pengetahuan perlu adanya kebijaksanaan. Indikator dari bijaksana sendiri adalah adil. Sedangkan adil itu juga menjadi dua perspektif yakni adil itu sama rata dan adil itu bicara kebutuhan atau biasa dikenal dengan menempatkan sesuatu kepada tempatnya. Sederhananya begini, ketika seseorang membuang sampah pada tempatnya maka mereka bijaksana. Namun ada juga yang membuang sampah.......
Sembarang tempat. Perbuatan ini atas dasar pengetahuan empiris, biasanya melihat orang membuang sampah sembarangan maka mereka melakukan serupa. Andai sejenak dia berfikir kembali perbuatannya maka mereka akan menemukan pengetahuan bahwa itu salah, harusnya ke tempat sampah. Kaum rasionalis selalu melakukan suatu kajian ulang terhadap hal yang dilakukan,melakukan analisis, sintetis dan evaluasi hingga ditemukan pengetahuan baru dan itu cara berfikir rasionalis. Sedangkan tatanan budaya yang membentuk adalah berbeda, merubah budaya tidak lah mudah ditambah lagi minoritas nya kelompok rasionalis dan fundamental nya kaum empiris.
[24/10 03.45] Muhammad Ramadhan Sebelas: wujud ku bayangan Mu
Wujud ku wajah Mu
Bukan aku DiriMu
Aku sekadar cerita Mu
Dibalik mata Engkau memandang Mu
Hilang lah aku nyata Wujud Mu
Wujud (ada) mustahil bersifat adam(tiada)
aku adam Kamu Wujud
Tiada aku selain Kamu (Akunya aku)
Posting Komentar
Posting Komentar